Pemikiran Dalam Bentuk Sebuah Kisah - Etgar Keret

Januari 31, 2018


Ini adalah kisah tentang orang-orang yang pernah tinggal di bulan. Kini, tak ada siapapun disana, namun hingga beberapa tahun yang lalu, tempat itu masih sangat ramai. Orang-orang di bulan mengira bahwa diri mereka spesial, karena mereka bisa membuat pemikiran dalam setiap bentuk yang sedang mereka inginkan. Dalam bentuk panci, atau meja, bahkan celana yang longgar. Jadi para penduduk bulan bisa membawakan kekasihnya sebuah hadiah, seperti berkata aku-mencintai-mu dalam bentuk secangkir kopi atau mungkin berkata aku-akan-selalu-jujur dalam bentuk sebuah vas.

Ini sungguh menarik, membuat suatu pemikiran dalam bentuk tertentu, hingga sampai waktu berlalu, penduduk bulan mulai membuat satu kesepakatan tentang bagaimana bentuk dari pemikiran-pemikiran tersebut. Seorang ibu ingin pemikiran berbentuk seperti sebuah tirai, disaat yang sama sang ayah ingin setiap pemikiran justru berbentuk seperti sebuah asbak, jadi itu bukan masalah dimanapun kau tinggal, kau akan selalu mendapati apa bentuk pemikiran yang akan kau jumpai disana, semuanya sudah diatur diatas meja teh di dalam ruang keluarga.

Dari semua penduduk bulan, terselip satu orang yang membentuk pemikirannya secara berbeda. Ia adalah seorang pemuda, seseorang yang asing, dan hampir setiap saat selalu bermasalah dengan keberadaannya sendiri, kurang lebih karena kesal terhadap setiap pertanyaan yang muncul. Sebuah pemikiran pun terlintas dalam kepalanya yang mempercayai bahwa setiap orang setidaknya memiliki satu pemikiran unik yang sesuai dengan dirinya dan hanya teruntuk dirinya sendiri. Sebuah pemikiran yang berwarna, yang berisi, yang cukup hanya dimiliki oleh orang tersebut.

Pemuda ini bermimpi untuk membuat sebuah pesawat ruang angkasa, berlayar di dalam ruang angkasa, dan mengoleksi semua pemikiran yang menurutnya unik. Ia tidak pernah pergi ke acara sosial, sulit baginya untuk berada di luar sana, ia menghabiskan banyak waktunya untuk membangun pesawat ruang angkasa, bersama sistem kemudi yang ia rancang dengan begitu cermat, dan itu semua adalah awal dari segalanya. Dia bahkan membuat berbagai macam sistem canggih yang bisa memudahkannya dalam navigasi dan bertahan hidup di langit lepas, namun para tetangga, yang melihatnya sedang bekerja keras saat itu, berpikir bahwa ia jelas sudah melakukan kesalahan besar. Karena hanya orang gila yang benar-benar berpikir bahwa ia bisa menerapkan kemampuan berpikir dalam bongkahan mesin, yang mana pada saat itu jelas hal-hal semacam itu nampak seperti sebuah mikroskop. Belum lagi pemikiran logika murni, kecuali kau ingin terlihat sedikit norak, haruslah berbentuk seperti sebuah rak. Mereka mencoba menjelaskannya namun pemuda itu sama sekali tidak peduli. Hasratnya untuk mengetahui segala kebenaran atas semua pemikiran di seluruh alam semesta sudah melampaui batas ketertarikannya sama sekali. Belum lagi kewarasannya.

Satu malam, ketika si pemuda sedang tertidur, beberapa tetangganya di bulan bersekongkol dan, karena mereka merasa kasihan terhadapnya, mereka merusak seluruh bagian kapal ruang angkasa yang sudah hampir jadi itu dan mengembalikan beberapa diantaranya menjadi sesuatu yang sekiranya biasa digunakan oleh si pemuda, dan mengumpulkan mereka menjadi satu. Ketika si pemuda terbangun di pagi hari, ia menemukan tumpukan rak-rak, vas, termos, dan mikroskop yang tadinya berada di dalam pesawat ruang angkasa. Tumpukan barang tersebut sekejap berselimut kesedihan — dalam bentuk bordir taplak meja — tentang anjing kesayangannya yang telah meninggal dunia.

Pemuda tersebut tentu tidak senang dengan kejutan semacam itu. Alih-alih berterimakasih, ia justru menggila, mengambil barang-barang tersebut, dan menghancurkan segalanya. Orang-orang yang memandanginya, tertegun. Mereka jelas tak menyukai tingkah si pemuda itu. Bulan, bagaimanapun, adalah sebuah planet dengan tingkat gravitasi yang rendah. Dan semakin rendah gaya gravitasi sebuah planet, semakin tinggi ketergantungannya terhadap kedisiplinan dan keteraturan, karena hanya dibutuhkan sedikit sentuhan saja untuk bisa membuat suatu benda kehilangan keseimbangannya. Dan jika orang-orang tetap membiarkannya menggila seperti itu, tentu saja hal tersebut akan mengakibatkan banyak sekali malapetaka. Akhirnya, ketika mereka melihat pemuda tersebut tidak bisa lebih tenang lagi, tak ada pilihan lain selain menghentikannya sama sekali. Jadi mereka pun berpikir tentang pengasingan dalam sebuah ruang berukuran tiga kali tiga, dan memasukannya ke dalam sana, sebuah sel dengan plafon yang sangat rendah. Dan setiap si pemuda tidak sengaja menyentuh salah satu sudutnya, ia dapat merasakan hawa dingin yang sekejap mengingatkan dirinya atas keterasingan.

Ia masih berada di dalam sel ketika dirinya terakhir kali berpikir tentang keputusasaannya itu dalam bentuk sebuah tali, mengikatnya, lalu menggantung dirinya sendiri. Para penduduk bulan begitu tertarik dengan ide tentang keputusasaan dalam bentuk sebuah tali dengan satu ikatan di ujungnya mereka langsung memikirkan keputusasaan mereka sendiri dan menggantung diri mereka tepat di bagian leher masing-masing. Dan begitulah bagaimana orang-orang di bulan menjadi punah, meninggalkan sel pengasingan itu sendirian. Namun setelah bertahun-tahun badai ruang angkasa menerpa, sel itu pun runtuh dengan sendirinya.

Ketika pertama kali pesawat ruang angkasa mendarat di bulan, para astronot tidak menemukan apapun disana. Yang mereka temukan hanyalah jutaan kawah. Awalnya, para astronot itu mengira bahwa kawah-kawah tersebut adalah semacam makam kuno peninggalan orang-orang yang pernah tinggal dipermukaan bulan sebelumnya. Hanya saja ketika mereka meneliti lebih dekat lagi mereka berkesimpulan bahwa itu semua hanya sekedar gagasan kosong belaka.

____

* Diambil dari kumpulan cerpen karya Etgar Keret, The Nimrod Flipout.

* Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Andika Wahyu Adi Putra.

You Might Also Like

0 komentar