Trik Topi Sulap - Etgar Keret

Januari 17, 2018


Menuju di penghujung pertunjukan, aku menarik seekor kelinci dari dalam topi. Aku selalu melakukan itu dibagian akhir, karena anak-anak cenderung menyukai binatang. Bagaimanapun, sejak kecil aku memang sudah menyukai binatang. Itulah mengapa pertunjukan diakhiri oleh semacam catatan, tepat disaat aku mengeluarkan kelinci tersebut dan melepaskannya, anak-anak bisa menyentuhnya dan memberinya makanan. Seperti itulah. Sangat disayangkan anak-anak jaman sekarang. Mereka nampak sudah tidak lagi tertarik dengan hal-hal semacam itu, namun tetap, aku mengeluarkan kelinci diakhir pertunjukan. Itu adalah trik yang aku sukai. Atau sebaiknya, memang seperti itu.  Aku sibuk melirik ke arah penonton sembari tanganku masuk ke dalam topi, meraba-raba bagian dalamnya dimana aku bisa merasakan, aku menyentuh telinga Kazam.

Dan kemudian, “A-la-Kazeem-a-la-Kazam!” dan itulah yang keluar. Tidak pernah gagal untuk membuat mereka terkejut. Dan tidak hanya mereka, aku, juga. Setiap kali tanganku menyentuh telinganya yang menggemaskan, aku selalu merasa bahwa aku adalah pesulap sejati. Bahkan bila aku sebenarnya sudah tahu rahasia dari trik tersebut, sebuah lubang diatas meja dan semuanya, namun tetap saja itu terasa seperti sebuah keajaiban yang luar biasa.

Sabtu sore di pinggiran kota aku sengaja menaruh trik sulap topi itu dibagian terakhir, sesuatu yang memang selalu aku lakukan. Anak-anak yang hadir di pesta ulang tahun itu sungguh luar biasa. Beberapa ada dibelakangku, asyik menonton film yang dibintangi oleh Schwarzenegger di sebuah televisi kabel. Bahkan anak yang berulang tahun tidak ada di ruangan itu, ia sedang asyik bermain dengan video game barunya. Penontonku bisa dipastikan hanya tersisa empat anak saja. Hari itu sungguh panas, sebenarnya. Aku merasa keringatku bercucuran dibalik kostum sulap. Yang aku inginkan hanyalah menyelesaikan semua ini dan pulang ke rumah. Aku melewati tiga trik yang tersisa dan langsung menuju pada trik sulap topi. Tanganku masuk kedalamnya, dan mataku tertuju pada seorang anak gadis gemuk berkacamata. Telinga Kazam yang lembut mengejutkanku seperti biasa kala aku menyentuhnya, seperti biasa. “A-la-Kazeem-a-la-Kazam!” satu menit lagi diruang kerja ayahnya dan aku akan keluar dari sini, dengan cek tiga ratus syikal di dalam saku. Aku menarik Kazam dengan telinganya, dan rasanya ada sesuatu yang aneh, jelas ada yang salah. Tanganku terangkat ke udara, mataku tetap fokus kepada para penonton. Dan kemudian — segera sesuatu yang terasa begitu basah mengalir di lenganku saat itu dan gadis gemuk itu mulai berteriak sangat keras. Di tangan kananku, aku hanya memegang kepala Kazam, dengan telinganya yang panjang dan mata kelinci yang terbuka lebar. Hanya kepala, tanpa tubuh. Sebuah kepala dengan begitu banyak darah. Anak gadis yang gemuk itu tetap berteriak. Anak-anak yang lain segera duduk dan menghampiriku meninggalkan televisi dan mulai bertepuk tangan. Sementara si anak yang berulang tahun yang sedari tadi asyik dengan video game barunya itu muncul dari arah ruang lainnya, dan ketika ia melihat kepala itu, ia memberikan siulan yang meriah dengan kedua jarinya. Aku bisa merasakan isi perutku naik hingga ke tenggorokan. Aku melempar topi sulap itu, dan segera pergi menghilang. Sementara anak-anak masih nampak begitu riang gembira.

Malam harinya, aku bahkan tidak bisa tidur sama sekali. Aku terus memeriksa peralatan sulapku. Aku tak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan aku tidak bisa menemukan sisa tubuh dari Kazam. Keesokan pagi. Aku pergi ke toko sulap. Mereka pun nampak bingung. Aku memebawa seekor kelinci. Seorang pria menawarkan seekor kura-kura padaku. “Kelinci sudah tidak aneh lagi,” ia berkata padaku. “Sekarang, kura-kura sedang populer. Katakan bahwa dia adalah ninja, mereka akan kegirangan.”

Pada akhirnya aku tetap membawa kelinci. Aku namakan Kazam, juga. Ketika aku sampai rumah, ada lima pesan yang masuk di mesinku. Semuanya adalah tawaran kerja. Semua dari anak-anak yang menyaksikan pertunjukan kemarin. Seorang anak mengatakan bahwa aku meninggalkan kepalanya begitu saja saat aku menghilang dari pesta. Itu adalah saat dimana akhirnya aku sadar, bahwa aku ternyata tidak membawa kepala Kazam bersamaku sebelumnya.

Acara selanjutnya adalah hari Rabu. Seorang anak berumur sepuluh tahun di daerah Savyon akan merayakan pesta ulang tahunnya. Tapi aku benar-benar tidak fokus selama pertunjukan. Aku tidak bisa menguasainya. Aku mengacaukan trik Queen of Hearts. Yang aku pikirkan hanyalah trik topi sulap itu. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba: “A-la-Kazeem-a-la-Kazam!” Aku menatap tajam ke arah penonton, sementara tanganku masuk kedalam topi. Aku tidak bisa menemukan telinganya, tapi tubuhnya bisa kurasakan. Lembut, dengan ukuran yang pas. Kemudian terdengar sebuah teriakan lagi. Teriakan, tapi juga tepuk tangan. Itu bukanlah kelinci yang sedang kupegang, melainkan mayat seorang bayi.

Aku tidak bisa melakukan trik lagi. Aku menyukainya, tapi memikirkannya lagi sekarang hanya membuat tanganku bergetar hebat. Aku terus membayangkan hal buruk apa yang bisa aku tarik lagi dari dalam sana, sesuatu yang buruk masih menunggu di dalam sana. Malam kemarin aku bermimpi, ketika aku sedang memasukan tangan kedalam topi sulap tersebut, tiba-tiba saja tanganku diterkam oleh rahang dari seekor makhluk. Itu membuatku bingung, bagaimana aku bisa merasa begitu bahagia ketika memasukan tanganku kedalam tempat yang gelap tersebut. Dan bagaimana gembiranya diriku ketika aku tahu bahwa aku akhirnya bisa menutup mata dan tertidur lelap.

Aku berhenti melakukan pertunjukan sama sekali, tapi aku tidak peduli. Aku berhenti mencari penghasilan, tapi itu pun tidak masalah. Terkadang aku masih mengenakan pakaian sulap itu ketika aku berada di rumah, untuk sekedar pelampiasan, atau aku memeriksa ruang rahasia pada meja dibawah topi sulap. Begitulah. Diluar itu semua, aku lebih baik menjauh dari trik-trik sulap, aku lebih baik untuk tidak melakukan apapun. Aku hanya terbangun dan teringat akan kepala kelinci serta tubuh mayat seorang bayi. Seperti mereka ada petunjuk dari sebuah teka-teki. Seolah-olah seseorang berusaha memberitahuku bahwa sekarang ini bukanlah waktu yang tepat untuk menjadi seekor kelinci atau seorang bayi. Atau seorang pesulap.


______________

* Diambil dari buku kumpulan cerita pendek karya Etgar Keret, Girl on the Fridge.

* Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh, Andika Wahyu Adi Putra.

You Might Also Like

0 komentar