Siapa Gerangan Peduli

Agustus 24, 2018


BANG!, suara itu menggema seketika di seluruh sudut jalan. Memantul dari satu tembok ke tembok yang lainnya, membangunkan orang-orang dari pandangan mereka semula. Katakanlah, suara itu berasal dari seorang pria yang baru saja menembak dirinya sendiri di depan sebuah apartemen, tepat di atas trotoar jalan. Gedung Apartemen yang memiliki banyak sekali tingkatan, kini ia tergeletak begitu saja tanpa seseorang yang berani mendekat. Aku akan katakan bahwa pria ini mati karena cintanya pada si gadis, seorang gadis yang ia ketahui tinggal di tingkat ke tujuh apartemen itu. Dia terkapar dengan kepala yang hampir seluruhnya pecah, sebagian otaknya meleleh di permukaan jalan, bersama sekantung plastik makanan, berisi banyak sekali isi kue di dalamnya. Namun siapa yang sangka bahwa ia akan menembak dirinya sendiri, di tengah kerumunan orang di satu pagi yang sibuk merayap? Tapi gadis itu hanya menatapnya dari kaca jendela dengan keterkejutan yang menjadi-jadi, sebab ia sebenarnya sudah tak lagi peduli dengan dia, sudah lama sebenarnya mereka tidak lagi saling mencintai, mungkin hanya pria itu yang mencintai dengan konsep sebelah tangan. Tidak dengan gadis itu, walaupun sebenarnya, semenjak mereka berpisah gadis itu sering sekali menerima kiriman kue, mulai dari kue yang lumayan besar dengan taburan cokelat di atasnya, atau bahkan dengan lapisan stroberi di setiap sisinya. Sekali waktu, malah ia mendapat kue brownies, sebanyak tiga bungkus dengan ukuran yang lumayan besar. Pria itu tau, bahwa si gadis menyukai makanan manis, dan gadis itu diam-diam menerimanya, bahkan memakannya. Satu malam ketika si gadis tidak lagi mau menghubunginya, tidak lagi mau bertemu dengannya, ia berpikir mungkin si gadis sedang marah. Mungkin, ia telah melakukan kesalahan yang tak ia sadari di masa lalu. Hingga ia mengirim kue-kue itu untuk permintaan maaf, singkatnya adalah ia ingin hubungan mereka kembali, berjalan-jalan di senja hari dengan gelak tawa di tengah kota, dan sekali waktu bersama kesedihan. Ia ingin bersama dengannya lagi, namun gadis itu menghindar darinya. Hingga ia akhirnya berada di depan apartemen itu, dengan berteriak, memohon agar ia mau keluar dari apartemennya, dan kembali dalam pelukannya. Tidak ada apapun yang terjadi, sejam - dua jam, lantas ia mengambil revolver dari dalam sakunya, menghancurkan kepalanya sendiri seketika itu juga. Semua orang tahu bahwa pria itu berkata pada seorang gadis, di salah satu tingkatan gedung Apartemen, tapi mereka tak mengira, bahwa ia akan nekad melakukan bunuh diri. Gadis itu kembali masuk dalam apartemennya, menutup kaca jendela, membuang semua pemberian si pria sebelumnya, sekedar ia tak ingin menjadi seseorang yang disalahkan atas matinya si mantan kekasih. Sementara orang-orang di luar sana, mengerumuni mayat pria itu, sebagian hanya memandang, sebagian dari mereka malah langsung panik, dan segera menelepon ambulance untuk datang, dan membawa mayat ini ke rumah sakit terdekat.


Andika W. Putra

You Might Also Like

0 komentar